AJI, CATUR PAMUNGKAS (2010)
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara empiris apakah kinerja
keuangan yang didasarkan pada data laporan keuangan mempunyai pengaruh
terhadap perubahan harga saham. Dalam penelitian ini digunakan 5 rasio
keuangan yaitu EPS, ROE, DER, PER, dan DPS. Sampel penelitian ini adalah
perusahaan yang terdaftar di BEI dan dipilih secara purposive sampling, sehingga
diperoleh sampel sebanyak 27 perusahaan. Data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah laporan keuangan perusahaan manufaktur selama 3 tahun yaitu 2004,
2005, 2006
Untuk pengujian hipotesis digunakan analisis regresi linier berganda, uji t,
uji F. Pengujian asumsi klasik untuk model regresi yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu pengujian normalitas data, multikolinieritas,
heteroskedastisitas, autokorelasi dan data terdristribusi secara normal.
Hasil pengujian pengujian hipotesa yang diajukan (H1) menunjukkan
bahwa hanya variabel ROE dan DPS yang mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap perubahan harga saham, sedangkan variabel lain EPS, DER, PER tidak
signifikan pengaruhnya terhadap perubahan harga saham. Hal ini ditunjukkan oleh
besarnya nilai probabilitas t untuk ROE sebesar 2,278 (> 1,992) dan DPS sebesar
-2,262 (< -1,992), sedangkan untuk variabel EPS sebesar 0,504(< 1,992), PER
0,316 (< 1,992), dan variabel DPS sebesar -0,031 (> 1,992).
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejalan dengan berkembangnya perekonomian, banyak perusahaan
yang melakukan ekspansi usaha. Untuk tujuan tersebut, maka perusahaan
memerlukan dana yang relatif besar. Pemenuhan kebutuhan dana tersabut
dapat diperoleh dengan melakukan pinjaman dalam bentuk hutang atau
menerbitkan saham di pasar modal. Dengan menerbitkan saham di pasar
modal berarti bahwaperusahaan hanya dimiliki oleh pemilik lama (founders),
tetapi juga dimiliki masyarakat. (Payamta, 2000).
Pesatnya perkembangan Bursa Efek Jakarta saat ini tidak dapat
dipisahkan dari peran investor yang melakukan transaksi di Bursa Efek
Jakarta. Sebelum seorang investor akan memutuskan akan menginvestasikan
dananya di pasar modal ada kegiatan terpenting yang perlu untuk dilakukan,
yaitu penilaian dengan cermat terhadap emiten (dengan membeli sekuritas
yang diperdagangkan di bursa), ia harus percaya bahwa informasi yang
diterimanya adalah informasi yang benar. Sistem perdagangan di bursa dapat
dipercaya, serta tidak ada pihak lain yang memanipulasi informasi dalam
perdagangan tersebut. Tanpa keyakinan tersebut, pemodal tentunya tidak akan
bersedia membeli sekuritas yang ditawarkan perusahaan (atau diperjualbelikan
di bursa). Indikator kepercayaan pemodal akan pasar modal dan
instrumen-instrumen keuangannya, dicerminkan antara lain oleh dana
masyarakat yang dihimpun di pasar modal.
Salah satu faktor yang mendukung kepercayaan pemodal adalah
persepsi merekaakan kewajaran harga sekuritas (saham). Dalam keadaan
seperti itu, pasar modal dikatakan efisiensi secara informasional. Pasar Modal
dikatakan efisiensi secara informasional apabila harga sekuritas-sekuritasnya
mencerminkan semua informasi yang relevan. Oleh karena itu informasi yang
tidak benar dan tidak tepat tentunya akan menyesatkan para pemodal dalam
melakukan investasi pada sekuritas,sehingga hal ini dapat merugikan para
pemodal. Semakin cepat dan tepat informasi sampai kepada calon pemodal
dan dicerminkan pada harga saham, maka pasar modal yang bersangkutan
semakin efisiensi. (Imron, 2002)
Saham perusahaan yang go public sebagai komoditi investasi
tergolong beresiko tinggi, karrena sifart komoditinya sangat peka terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi, baik perubahan di luar negeri maupun
dalam negeri, perubahan di bidang politik, ekonomi, moneter, undang-undang
atau peraturan, maupun perubahan yang terjadi di dalam industri dan
perusahaan itu sendiri. Perubahan-perubahan itu dapat berdampak positif dan
dapat pula berdampak negatif.
Melihat perkembangan pasar modal yang dikaitkan dengan pengaruh
global, krisis moneter dan krisis ekonomi yang melanda Indonesia saat ini,
tantangan yang dihadapi semakin berat. Kebijakan moneter yang ditetapkan
akibat krisis moneter dsn prospek perusahaan yang semakin tidak jelas
(uncertainly), secara langsung mempengaruhi perilaku pemodal dan kinerja
emiten. Naiknya suku bunga berjangka akibat kebijakan dimaksud
menyebabkan pemodal mencari alternative lain yang lebih menguntungkan,
sehingga memberikan batas yang ssemakin sempit bagi peningkatan
penanaman modal dalam saham-saham perusahaan yang dijual di bursa efek.
Persoalan yang timbul adalah sejauh manaperusahaan mampu
mempengaruhi harga saham di pasar modal, dan fator atau variabel apa saja
yang dapat dijadika indicator. Sehingga memungkinkan perusahaan untuk
dapat mengendalikannya, sehingga tujuan meningkatkan nilai perusahaan
melalui peningkatan nilai saham yang diperdagangkan di pasar modal dapat
dicapai (Natarsyah,2000).
Berkaitan dengan penelitian ini, harga saham merupakan salah satu
faktor bagi investor dalam pengambilan keputusan. Ppembentukan harga
saham tidak terlepas dari informasi akuntansi, walaupun sebenarnya
pembentukan harga saham merupakan judgment of moment dari para penjual
atau pembelinya (Gantyowati dan Djamaludin,2001). Dalam kaitannya denga
penelitian ini, penulis akan menganalisis salah satu faktor yang mempengaruhi
harga saham, yaitu kondisi perusahaan. Kondisi perusahaan dalam hal ini
diartikan sebagai kinerja perusahaan. Penulis membatasi permasalahan bahwa
yang dimaksud dengan kinerja perusahaan adalah kinerja keuangan
perusahaan.
Kinerja keuangan perusahaan yang lebih fundamental dalam
menjelaskan beberapa kekuatan dan kelemahan perusahaan adalah
rasiokeuangan yang menunjukkan hubungan antar dua atau lebih data
keuangan. Melalui analisis rasio keuangan akan didapat pemahaman yang
lebih baik terhadap kinerja keuangan perusahaan daripada analisis yang hanya
terdapat data keuangan saja. Analisi rasio keuangan mengukur kinerja
keuangan suatu perusahaan melalui perbandingan inernal dan eksternal.
Perbandingan inernal yaitu dengan membandingkan rasio masa lalu dan akan
dating dalam perusahaan yang sama. Perbandingan eksternaladalh dengan
membandingkan rasio satu perusahaan dengan perusahaan sejenis atau dengan
rat-rata industri pada titik waktu yang sama.
Pengujian manfaat informasi akuntansi dilakukan dengan
menggunakan rasio keuangan yang dihitung dari informasi yang ada dalam
laporan keuangan untuk menetukan kekuatan hubungan rasio dengan
fenomena ekonomi. Hubungan rasio laporan keuangan dengan harga saham
didasarkan pada asumsi bahwa rasio keuangan berguna bagi investor. Agar
berguna, rasio keuangan harus memberikan informasi yang membantu di
dalam proses pembuatan keputusan. (Houghton dan Woodliff 1987 dalam
Asyik dan Soelistyo,2000).
Berbagai penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi harga
saham yang diperdagangkan di bursa efek telah banyak dilakukan oleh para
peneliti. Penelitian tersebut antara lain :
Natarsyah (2000), menguji pengaruh faktor-faktor fundamental seperti
return on assets, return on equity, dividend pay out ratio, debt to equity ratio,
book value equity per share dan resiko sistematik terhadap harga saham
perusahaan pada kelompok industri barang konsumsi di pasar modal
Indonesia. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa faktor fundamental yang
mempunyai pengaruh sgnifikan tehadap harga saham adalah return on assets,
debt to equity ratio dan book value equity per share.
Sarjana (1990), meneliti pengaruh Earning Per Share (EPS) dan
Devidend Per Share (DPS) terhadap harga saham biasa, dengan menggunakan
data Earning Per Share (EPS) dan Devidend Per Share (DPS) dan harga
saham rata-rata dari perusahaan yang go public yang diamati selama tahun
(1984-1988). Dengan menggunakan uji t dan uji F, penelitian tersebut
menyimpulkan bahwa Earning Per Share (EPS) dan Devidend Per Share
(DPS) berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Kristiani (2001), mengadakan penelitian yang menguji pengruh kinerja
keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di BEJ selam periode 1999,
2000, dan 2001. Kinerja keuangan diukur dengan menggunakan rasio-rasio
return on assets, return on equity, capital ratio, loan to deposit ratio, dan
earning per share. Hasil analisis menunjukkan bahwa earning per share
memiliki pengaruh dominan terhadap harga closing price, sedangkan return
on assets memiliki pengaruh dominan terhadap harga saham rata-rata.
Purnomo (1998), dalam penelitiannya mengukur hubungan antara
kinerja keuangan perusahaan dan harga saham di Indonesia pada perusahaan
go public yang menyebar menurut sub sektor usaha, dalam menilai
kemampuan kinerja keuangan dalam menjelasakan variasi harga saham.
Sampel yang digunakan sebanyak 30 perusahaan, untuk periode tahun 1992
sampai dengan 1996 dengan menggunakan metode multipate regression
analysis. Dalam penelitiannya, tidak diperhitungkan adanya faktor ukuran
perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Raharjo (2001), yang menguji
pengaruh kinerja perusahaan dengan rasio-rasio total debt to total assets, debt
to equity ratio, current ratio, quick ratio, total assets turnover, inventory
turnover, profit margin on sales dan return on equity terhadap harga saham.
Penelitian ini menguji pengaruh faktor-faktor fundamental perusahaan
terhadap reaksi harga saham di pasar modal. Penelitian ini menggunakan
metode analisis regresi berganda, dan menunjukkan bahwa nilai R2 sebesar
13,1% variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen
yaitu total debt to total assets ratio, debt to equity ratio, quick ratio, total
assets turnover, inventory turnover, price earning ratio, profit margin on
sales, dan return on equity tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap harga saham selama periode penelitian.
Panjaitan (2001), menguji pengaruh kinerja keuangan perusahaan
dengan menggunakan rasio-rasio sufficiency, yang meliputi long term debt
payment, dividend pay out, debt coverage, depreciation amortization impact
dan rasio efficiency yang meliputi cash flow to sales dan cash flow return on
assets. Sampe dibagi menjadi 2 kelompok, sampling grup dan controlling
group, yang masing-masing 22 sampel. Metode analisis yang digunakan untuk
menguji hipotesis adalah model persamaan regresi berganda. Hasil uji R2
untuk sampling group menunjukkan hanya 39,16% variabel dependen dapat
dijelaskan oleh variabel independen, sedangkan untuk controlling group
menunjukkan hanya 48,44% variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel
independent. Dan dari uji F serta uji t, dapat disimpulkan bahwa baik secara
serentak maupun parsial, variabel long term debt payment, dividend payout,
debt coverage, depreciation amortization impact, cash flow sales dan cash
flow return on assets tidak berpengaruh terhadap harga saham rat-rata.
Silalahi (1991), mengadakan penelitian terfhadap 38 perusahaan yang
listing di Bursa Efek Jakarta dengan periode penalitian tahun 1989 sampai
dengan 1990. hasil penelitian mengungkapkan bahwa: fluktuasi harga saham
secara nyata dan simultan dipengaruhi oleh variabel-variabel return on assets,
dividend payout ratio, volume perdagangan saham dan tingkat bunga deposito
Return On Assets (ROA) ternyata mempunyai pengaruh dominan.
Emita (1984), melakukan penelitian pengaruh informasi laporan
keuangan dalam penentuan haraga saham di pasar modal Indonesia. Harga
saham yang diteliti adalah harga saham biasa dengan menggunakan harga
reta-rata saham bulan September dan Desember 1983. Penelitian dilakukan
dengan mengambil sample sebanyak 13 perusahaan go public. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa investor lebih menaruh perhatian pada laporan laba rugi
perusahaan dan kurang memperhatikan neraca perusahaan, pendapatan per
lembar saham yang dilaporkan suatu perusahaan mempunyai pengaruh yang
positifterhadap kenaikan indeks harga saham, dividen per lembar saham
mempunyai pengaruh yang positif terhadap kenaikan harga saham, dan
realisasi keuntungan suatu perusahaan terhadap perubahan harga saham,
walaupun perubahan tersebut tidak cukup berarti.
Bakar (1986), yang melakukan penelitian dengan tujuan untuk
menganalisis beberapa faktor yang mempengaruhi harga saham yang
diperdagangkan di pasar modal Indonesia setelah dipengaruhi oleh tingkat
suku bunga deposito, penghasilan rata-rata semua saham, tingkat penghasilan
masing-masing saham di bursa efek, dan nilai beta saham sebagai
pencerminan resiko sistematis. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini
adalah nilai beta saham dan tingkat penghasilan masing-masing saham
mempunyai pengaruh berarti atas harga saham.Sedangkan tingkat suku bunga
deposito maupun penghasilan rata-rata saham (market return) tidak
mempengaruhi harga saham. Hal ini yang diperoleh dalam penelitian ini,
ternyata pemodal (investor) di pasar modal Indonesia tidak menyukai resiko.
Syamsul (1996), melakukan penelitian dengan judul Pengaruh
Profitabilitas dan Nilai Pasar Perusahaan terhadap Perubahan Harga Saham
pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek Jakarta. Penelitian ini bertujuan
untuk meneliti apakah variable-variabel profit margin to sales, return on
assets, basic earning power, return on equity, price/earning, dan market/book
ratio, berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham di Bursa
Efek Jakarta. Sampel yang digunakan sebanyak 30 perusahaan dengan criteria
paling aktif berdasarkan frekuensi perdagangan sselam tahun 1993 dan 1994.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ternyata hanya variable market / book
ratio yang mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga
saham. Sedangkan variable-variabel independen lainnya tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap perubahan harga saham.
Sulistiono (1994), meneliti tentang beberapa faktor yang
mempengaruhi terhadap harga saham pada perusahaan farmasi yang go public
di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian menyatakan bahwa variable ROA,
deviden, financial leverage, tingkat penjualan, tinkat likuiditas dan tingkat
bunga deposito, secara simultan signifikan berpengaruh terhadap harga saham.
ROA terbukti mempunyai pengaruh nyata secara parsial, sedangkan variable
lain tidak signifikan.
Pada penelitian ini penulis akan menggunakan 5 rasio keuangan yang
masing-masing mewakili dalm perhitungan matematisnya menggunakan
variable yang berkaitan langsung dengan sekuritas saham. Rasio-rasio tersebut
adalah :
1. Earning Per Share yang menandakan kemampuan perusahaan yang lebih
besar dalam menghasilkan keuntungan bersih dari setiap lembar saham.
2. Return On Equity yang mewakili rasio profitabilitas. ROE merupakan
ssalah satu pengukur efisiensi perusahaan. ROE juga sering disebut
rentabilitas modal sendiri. Semakin tinggi ROE mencerminkan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang semakin
tinggipemegang saham dan mengakibatkan permintaan saham perusahaan
tersebut meningkat dan pada akhirnya terjadi kenaikan harga saham.
3. Debt to Equity Ratio yang mewakili rasio solvabilitas. Rasio ini digunakan
untuk mengukur tingkat leverage (pengganti hutang) tehadap total
shareholder equity. Semakin tinggi DER menunjukkan semakin rentan
terhadap fluktuasi kondisi perekonomian. Pada kondisi ekonomi yang
tidak normal, perusahaan mungkin akan mengalami penurunan penjualan
sementara biaya-biaya mengalami kenaikan sehingga tingkat
pengembalian atas aktiva menurun. Kerugian akan memberikan tekanan
pada pergerakan harga saham dan dan pada akhirnya terjadi penurunan
harga saham.
4. Price Earning Ratio yang mewakili rasio pasar. PER merupakan
perbandingan harga pasar per lembar dengan laba per lembar. Rasio ini
merupakan indicator yang digunakan untuk menentukan apakah harga
saham tertetu dinilai terlalu tinggi atau rendah. Faktor-faktor yang
mempengaruhi PER adalah rasio laba yang dibayarkan sebagai deviden.
Semakin tinggi nilai rasio ini maka investor mengharapkan nilai saham
perusahaan akan naik. PER menerangkan perbandingan harga pasar saham
dari setiap lembar saham terhadap EPS.
5. Devidend Per Share yang menjelaskan besarnya deviden yang diterima
oleh pemodal dari setiap lembar saham.
Harga saham bergerak sesuai dengan kekuatan penawaran dan
permintaan atas saham di pasar sekunder. Tinggi rendahnya harga saham lebih
banyak dipengaruhi oleh penilaian pembeli dan penjual terhadap kondisi
internal dan eksternal. Kondisi internal dapat diamati dari beberapa indikator
kinerja dan rasio keuangan, sehingga dapat dikatakan bahwa investor sangat
berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah Penulis
menggunakan populasi perusahaan manufaktur karena memiliki kontribusi
yang relatif besar terhadap perekonomian. Sedangkan sample yang digunakan
adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta untuk
tahun pengamatan tahun 2004-2006.
Berdasarkan uraian di atas, menunjukan bahwa harga saham
perudahaan memberikan indikasi terjadinya perubahan kinerja perusahaan
selam periode tertentu. Melihat kecenderungan yang mengakibatkan
perubahan harga saham, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul "Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Perubahan Harga Saham Pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta (BEJ) Periode 2004-2006".
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka pokok permasalahan
dari penelitian ini adalah "Apakah kinerja perusahaan pada sector manufaktur
yang diwakili oleh rasio Earning Per Share, Return On Equity, Debt To
Equity Ratio, Price Earning Ratio dan Devidend Per Share, secara signifikan
berpengaruh terhadap perubahan harga saham di Bursa Efek Jakarata (BEJ)".
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini dapat berfokus pada pokok permasalahan yang
ingin diteliti, maka Peneliti menerapkan batasan-batasan penelitian sebagai
berikut:
1. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan
terhadap perubahan harga saham pada perusahaan manufaktur
untuk tahun 2004-2006.
2. Perusahaan yang dipilih adalah perusahaan yang tidak mengalami
kerugian selama periode pengamatan, karena dimungkinkan pada
perusahaan yang mengalami kerugian sudah pasti akan
berpengaruh pada perubahan harga saham. Kerugian akan
memberikan tekanan pada pergerakan harga saham dan pada
akhirnya terjadi penurunan harga saham. (Septyorini, Desy, 2003)
3. Faktor lain yang mempengaruhi harga saham seperti kebijakan
pemerintah, faktor politik, dan kondisi perekonomian makro, serta
faktor lain diabaikan. Yang dimaksud dengan faktor lain disini
adalah faktor eksternal perusahaan dimana informasinya tidak
tersedia dalam publikasi laporan keuangan perusahaan.
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris mengenai
pengaruh kinerja keuangan suatu perusahaan yang dilihat dari rasio keuangan
yaitu earning per share, return on equity, debt to equity ratio, price earning
ratio dan dividend per share terhadap perubahan harga saham pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ untuk periode tahun 2004
sampai dengan 2006. Dari hal tersebut dapat diketahui rasio keuangan yang
paling dominan terhadap perubahan harga saham pada penelitian ini.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Investor adalah bahwa hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat sebagai tambahan bahan evaluasi untuk mengambil keputusan
investasi saham.
2. Bagi manajer adalah bahwa hasil penelitian ini dapat dijadikan input
dalam menentukan kebijakan perusahaan.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan
masalah, pembatasan masalah
BAB II : LANDDASAN TEORI
Bab ini berisi tinjauan pustaka, kerangka teoritis dan
perumusan hipotesis.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini berisi ruang lingkup penilitian, populasi dan
sampel penelitian, sumber data dan teknik pengumpulan
data, definisi operasional variable, metode analisis data.
BAB IV : ANALISIS DATA
Bab ini bersisi pengumpulan data dan penentuan sampel,
deskripsi statistic, diagnosis model, pengujian hipotesis,pembahasan.
BAB V : PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan yang didapatkan dari hasil
analisis data yang dilakukan, keterbatasan penelitian, dan
saran bagi penelitian selanjutnya.
Friday, April 15, 2011
PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2004-2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment