FACE OF OUR LIBRARY


Tuesday, April 19, 2011

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN PENDAPATAN DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN HIPERTENSI DIWILAYAH PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA


AJI, PRIMA TRISNA (2010)

Abstract
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang termasuk di Indonesia. Hipertensi merupakan faktor yang dapat dicegah bila faktor resiko dikendalikan. Pencegahan dan penanggulangan merupakan kombinasi upaya inisiatif pemeliharaan kesehatan mandiri oleh petugas dan individu yang bersangkutan. Hambatannya sering terjadi dalam pengobatan disebabkan karena penderita lalai, tidak mendengarkan nasehat dokter, kurang pemahaman dalam minum obat dan kurangnya pengetahuan. Selain itu faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi antara lain umur, jenis kelamin, merokok, stress, konsumsi alkohol, konsumsi garam, pendapatan, status gizi dan obesitas.Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara status gizi dan pendapatan dengan tingkat kekambuhan penyakit Hipertensi di wilayah Puskesmas Gilingan Surakarta. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan deskriptif korelasional dengan metode cross sectional. Penelitian dilakukan Puskesmas Gilingan Surakarta pada bulan Februari sampai dengan maret 2010 dengan jumlah responden sebanyak 64. Teknik sampling menggunakan purposive sampling. Analisa data menggunakan chi square test. Hasil penelitian ini adalah mayoritas penduduk disekitar puskesmas Gilingan Surakarta status gizi baik, mayoritas tingkat kekambuhan masyarakat disekitar puskesmas Gilingan Surakarta ada sering kambuh, tidak ada hubungan antara status gizi dengan tingkat kekambuhan hipertensi dan ada hubungan pendapatan dengan tingkat kekambuhan hipertensi.

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Penyakit kardiovaskuler adalah nama untuk suatu kelompok penyakit
yang mengenai jantung dan pembuluh darah dan penyebab kematian yang
utama di seluruh dunia. Penyakit ini merupakan penyakit yang umumnya
terbatas pada orang dewasa dan orang tua, namun hal yang mengkwatirkan
adalah kecenderungan terdapat semakin banyaknya orang-orang usia muda
yang menderita penyakit kardiovaskuler ini di seluruh dunia. Macam penyakit
kardiovasculer antara lain penyakit jantung koroner, stroke, trombosis dan
hipertensi dll (Budi, 2005). Berdasarkan data Global Burden of Disease
(GBD) tahun 2000, 50% dari penyakit kardiovaskuler disebabkan oleh
hipertensi.
Data dari The National Health and Nutrition Examination Survey
(NHANES) menunjukkan bahwa dari tahun 1999-2000, insiden hipertensi
pada orang dewasa adalah sekitar 29-31%, yang berarti terdapat 58-65 juta
penderita hipertensi di Amerika, dan terjadi peningkatan 15 juta dari data
NHANES. Insiden hipertensi sekitar 5% pada dewasa muda, 20% pada usia
50-60 tahun, dan 50% pada usia 80 tahun. Hipertensi atau tekanan darah
tinggi merupakan masalah yang ditemukan pada masyarakat baik di negara
maju maupun berkembang termasuk di Indonesia (Petrus, 2006).
Di Indonesia hasil survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun
2007 menunjukkan prevalensi penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi
di Indonesia cukup tinggi, yaitu 83 per 1.000 anggota rumah tangga. Pada
umumnya lebih banyak pria menderita hipertensi dibandingkan dengan
perempuan. Hipertensi merupakan faktor yang dapat dicegah bila faktor
resiko dikendalikan. Pencegahan dan penanggulangan merupakan kombinasi
upaya inisiatif pemeliharaan kesehatan mandiri oleh petugas dan individu
yang bersangkutan. Hambatannya sering terjadi dalam pengobatan
disebabkan karena penderita lalai, tidak mendengarkan nasehat dokter,
kurang pemahaman dalam minum obat dan kurangnya pengetahuan. Selain
itu faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi antara lain umur, jenis
kelamin, merokok, stress, konsumsi alkohol, konsumsi garam, pendapatan,
status gizi dan obesitas.
Pada penderita obesitas atau kelebihan berat badan berdasarkan
penelitian, beresiko lebih besar menderita hipertensi dibandingkan orang
yang kurus. Status gizi juga mempengaruhi tingkat kekambuhan hipertensi
klien dikarenakan tanpa diimbangi gizi yang adekuat maka akan terjadi
kekurangan energi yang akan menyebabkan peningkatan aliran darah.
Obesitas atau kegemukan merupakan faktor resiko yang sering dikaitkan
dengan hipertensi. Resiko terjadi hipertensi pada individu yang semula
normotensi bertambah dengan meningkatnya berat badan. Individu dengan
kelebihan berat badan 20% memiliki risiko 3 – 8 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan individu dengan berat badan normal (Suarthana, 2001).
National Health and Nutrition examination survey (NHAES) penderita berat
badan lebih (over weight) yang berumur 20-75 tahun dengan BMI > 27 akan
mengalami kemungkinan hipertensi tiga kali lipat dibandingkan dengan tidak
mempunyai berat badan lebih atau non over weight (Hendro, 2002).
Hasil dokumentasi didapatkan bahwa di Puskesmas Gilingan
Surakarta angka kejadian peringkat tertinggi adalah penyakit hipertensi
dengan insidensi masyarakat yang memeriksakan diri di Puskesmas Gilingan
Surakarta rata-rata per bulan ditahun 2009 sebanyak 75 angka kejadian
penyakit Hipertensi. Menurut hasil observasi di lapangan bahwa masyarakat
di wilayah kerja Puskesmas Gilingan Surakarta yang menderita hipertensi
yang berkunjung di Puskesmas Gilingan Surakarta kebanyakan bervariasi ada
yang obesitas dan ada juga yang kurus. Obesitas juga dapat mempengaruhi
tingkat tekanan darah dikarenakan pada orang yang mengalami obesitas pada
dinding pembuluh darah banyak terdapat kolesterol yang menyumbat aliran
pembuluh darah sehingga aliran darah meningkat (Roehadi, 2008).
Pada penyelidikan yang ada terlihat adanya kecenderungan bahwa
masyarakat perkotaan lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan
masyarakat pedesaan. Pengamatan Antari (2005) didapatkan bahwa jumlah
penderita hipertensi yang berobat di puskesmas jauh lebih banyak daripada di
penderita hipertensi yang memeriksakan di rumah sakit, salah satunya
Puskesmas yang memiliki tingkat kejadian tinggi adalah Puskesmas Gilingan
Surakarta.
Kekambuhan hipertensi juga dipicu oleh perubahan kondisi
lingkungan. Status gizi yang buruk akan cenderung menyebabkan tingkat
kekambuhan penyakit hipertensi naik di Puskesmas Gilingan Surakarta
dikarenakan asupan makanan yang kurang untuk memenuhi gizi yang baik
(Hendro, 2002). Penyakit hipertensi yang diderita masyarakat di wilayah
kerja Puskesmas Gilingan Surakarta sering kambuh karena berdasarkan hasil
wawancara mereka mengaku tidak pernah memperhatikan asupan makanan
setiap harinya dikarenakan pendapatan yang kurang untuk memperoleh
makanan yang bergizi. Dengan pendapatan yang kurang maka masyarakat
penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Gilingan Surakarta akan
kesulitan untuk memeriksakan tekanan darahnya ke Rumah Sakit atau
Puskesmas terdekat karena tidak mempunyai biaya untuk membayar biaya
kesehatan.
Pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Gilingan yang sosial
yang ekonominya rendah cenderung tidak mematuhi anjuran dokter dan
jarang mengontrol tekanan darah terutama masyarakat perkotaan yang sibuk
mencari uang untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Penduduk yang
berpendapatan lebih dalam penyediaan makanan buat keluarga banyak yang
memanfaatkan bahan makanan yang bergizi, hal ini disebabkan karena
mendukungnya faktor pendapatan dalam memperoleh makanan yang bergizi
buat keluarga mereka. Berbeda dengan penduduk yang berpendapatan rendah
maka sulit bagi mereka untuk memperoleh makanan yang bergizi karena
terkendala dana (Supariarsa, 2002).
Bagi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Gilingan Surakarta
kualitas gizi yang tidak seimbang dan pendapatan yang kurang menjadi faktor
pencetus gangguan kesehatan berupa hipertensi. Tingkat kekambuhan
penyakit hipertensi yang relatif tinggi serta rendahnya pendapatan serta
kurangnya perhatian terhadap gizi pada masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Gilingan Surakarta yang beraneka ragam membuat peneliti
tertarik untuk meneliti hubungan antara status gizi dan pendapatan dengan
tingkat kekambuhan penyakit hipertensi di Puskesmas Gilingan Surakarta.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian pada latar belakang tersebut, maka
dirumuskan masalahnya sebagai berikut : ”Adakah hubungan status gizi dan
pendapatan dengan tingkat kekambuhan penyakit Hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Gilingan Surakarta?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara status gizi dan pendapatan
dengan tingkat kekambuhan penyakit Hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Gilingan Surakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui status gizi penderita hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Gilingan Surakarta.
b. Untuk mengetahui pendapatan masyarakat penderita hipertensi di
wilayah kerja Puskesmas Gilingan surakarta.
c. Untuk mengetahui tingkat kekambuhan penyakit hipertensi di
wilayah kerja Puskesmas Gilingan Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Keilmuan atau teori :
Untuk menambah ilmu terutama dalam kesehatan masyarakat
yang berhubungan dengan penyakit hipertensi dan memperkuat atau
memperbarui teori yang ada tentang penyakit hipertensi.
2. Bagi Institusi pendidikan
Bagi pendidikan ilmu keperawatan sebagai bahan bacaan dan
menambah wawasan bagi mahasiswa kesehatan khususnya mahasiswa
ilmu keperawatan dalam hal pemahaman perkembangan dan upaya
pencegahan yang berhubungan dengan hipertensi.
3. Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat khususnya masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Gilingan Surakarta bisa lebih banyak mendapatkan informasi
tentang penyakit hipertensi sehingga lebih mengenal penyakit tersebut
lebih awal dan bisa mewujudkan kesehatan masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Gilingan Surakarta.
4. Bagi Peneliti
Untuk memperoleh pengalaman dalam hal mengadakan riset
sehingga akan terpacu untuk meningkatkan potensi diri sehubungan
dengan penanganan tekanan darah tinggi.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian ini belum pernah dilakukan namun penelitian yang mirip
dengan penelitian ini antara lain :
1. Miswar (2004) dengan judul Faktor-faktor yang berperan terhadap
kejadian hipertensi. Penelitian yang dilakukan Miswar (2004) mengadakan
penelitian mengenai faktor-faktor resiko terjadinya hipertensi essensial
dikabupaten Klaten dengan jenis penelitian analitik dengan rancangan
cause control study dengan subjek penelitian penderita hipertensi
penderita hipertensi essensial baru yang didiagnosa oleh dokter spesialis
penyakit dalam RSUP dr Suradji Tirtonegoro dan RSU Islam Klaten
berumur 20 – 60 tahun dan bertempat tinggal dikabupaten klaten. Hasil
analisis univariant dari variabel-variabel penelitian dapat dilihat pada tabel
dibawah ini sebagai berikut :
Tabel 1.1. Hasil Analisis Univariant Variabel Penelitian
Variabel penelitian MOR 95% P
Riwayat keluarga 9,5 4-306-20,959 P>0,0001
Obesitas 8,1 3,736-17,564 P>0,001
Kebiasan merokok 2,04 0,20-21,07 0,4750203
Stress 8,61 3,973-18,654 P, 0,0001
Konsumsi alcohol 4,13 0,28-118,01 0,2175577
Konsumsi Garam 9,8 4,328-22,259 P>0,0001
Hasil dari penelitian ini adalah (1) Riwayat keluarga berperan terhadap
kejadian hipertensi (2) Obesitas berperan terhadap kejadian hipertensi (3)
Stress berperan terhadap kejadian hipertensi (4) Konsumsi Garam
berperan terhadap kejadian hipertensi. Satu variabel (kebiasaan merokok
secara statistik tidak bermakna sebagai faktor resiko dari terjadinya
hipertensi essensial dengan P = 0,4750203 sedangkan satu variabel lagi
(konsumsi alkohol) dapat dilanjutkan lagi ke analisis multivariat karena
nilai P>0,25.
Perbedaan penelitian ini adalah pada penelitian Miswar (2004) variabel
yang diteliti adalah (1) Riwayat Keluarga (2) Obesitas (3) Kebiasaan
Merokok (4) Stress (5) Konsumsi Alkohol (6) Konsumsi Garam.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada variabel yang diteliti adalah
(1) Status Gizi (2) Pendapatan (3) Kekambuhan hipertensi.
2. Kozani (2006). Penelitian yang diteliti adalah berjudul Faktor yang
berperan terhadap kejadian hipertensi di wilayah Puskesmas Penumping
Surakarta. Jenis penelitian ini deskriptif analitik dengan uji validitas
dengan menyebarkan kuisioner sebanyak 116 responden dengan
pengolahan data kwalitatif dengan uji analisa data uji chi kuadrat dengan
menguji populasi atas dua atau lebih kelas. Hasil dari penelitian ini adalah
(1) Merokok tidak berperan terhadap kejadian hipertensi diwilayah
Puskesmas Penumping Surakarta (2) Stress berperan terhadap kejadian
hipertensi diwilayah Puskesmas Penumping surakarta (3) Konsumsi
alkohol berperan terhadap kejadian hipertensi diwilayah Puskesmas
penumping surakarta (4) Konsumsi garam berperan terhadap kejadian
hipertensi di wilayah Puskesmas Penumping Surakarta.
Perbedaan penelitian ini adalah:
a. Penelitian dilakukan di Puskesmas Gilingan Surakarta pada bulan
Oktober sampai November 2009.
b. Variabel penelitiannya yaitu Hubungan status gizi dan pendapatan
dengan tingkat kekambuhan hipertensi di Puskesmas Gilingan Surakarta.
c. Responden Penelitian yaitu pasien yang berobat di Puskesmas
Gilingan Surakarta.

No comments:

Post a Comment